BONE BOLANGO, GORONTALO – Kamis (6/11/2025) menjadi saksi bisu terjalinnya sebuah ikatan persaudaraan yang melampaui batas administrasi provinsi. Bukan sekadar urusan birokrasi, pertemuan antara Bupati Minahasa Selatan (Minsel), Bapak Franky Donny Wongkar, dengan Bupati Bone Bolango, Ismet Mile di Gorontalo, adalah perwujudan dari pepatah lama: “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh,” yang kini diterapkan dalam konteks pertarungan melawan momok ekonomi: inflasi.
Di Ruang Rapat Kantor Bupati Bone Bolango yang hangat, kedua pemimpin daerah dari Sulawesi Utara dan Gorontalo ini membubuhkan tanda tangan pada Kesepakatan Bersama tentang Pengendalian Inflasi. Aksi ini, meskipun terlihat formal, sejatinya adalah langkah nyata untuk memberikan ketenangan di meja makan setiap keluarga di kedua kabupaten.
Bukan Sekadar Kerjasama, Tapi Rasa Kekeluargaan
Bagi Bupati Franky Donny Wongkar, perjalanan ke Gorontalo ini lebih dari sekadar urusan dinas. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya silaturahmi dan membangun rasa kekeluargaan antardaerah.
“Pertemuan ini adalah kesempatan untuk bersilaturahmi. Kita bukan hanya berbicara data dan angka, tetapi membangun keakraban dan kepedulian kepada masyarakat yang kita pimpin,” tutur Bupati Wongkar, menekankan bahwa kebijakan ekonomi terbaik harus berlandaskan pada hati nurani dan rasa persaudaraan.
Inti dari kesepakatan ini adalah stabilitas harga dan pasokan pangan. Minsel, dengan potensi pertaniannya, siap bersinergi dengan Bone Bolango. Langkah ini diharapkan dapat memperkuat ketahanan pangan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara langsung, memastikan fluktuasi harga komoditas penting dapat diredam sejak dini.
Jurus ‘Batanam’ Minsel Menjaga Dapur Tetap Ngebul
Dalam kesempatan itu, Bupati Wongkar tidak hanya datang membawa kesepakatan, tetapi juga membagikan resep andalan Minahasa Selatan dalam menjaga kemandirian pangan, yang menjadi fondasi utama pengendalian inflasi daerah.
Program-program unggulan Minsel adalah cerminan dari filosofi kembali ke kebun:
- Tahun Menanam 2025: Pencanangan besar-besaran sebagai komitmen ketahanan pangan.
- Gerakan “Marijo Batanam”: Ajakan yang sudah bergulir sejak 2022, membangkitkan semangat menanam di kalangan masyarakat.
- Kampung-Kampung Khusus: Ada ‘Kampung Milu’, ‘Kampung Rica’, ‘Kampung Buah’, hingga ‘Kampung Seho’, menunjukkan fokus pengembangan komoditas spesifik di setiap wilayah.
- Digitalisasi Pertanian: Peluncuran Si Pak Tani (Sistem Informasi Perkembangan Komoditi Pertanian Minsel) di tahun 2024 menunjukkan bahwa semangat bertani bertemu dengan teknologi digital.
“Dengan komitmen, langkah nyata, serta kolaborasi dan kerja sama dari seluruh elemen termasuk masyarakat, hasil pengendalian inflasi dapat tercapai secara optimal,” tegas Bupati. Ini adalah pengingat bahwa melawan inflasi bukan hanya tugas Bank Indonesia (yang turut hadir memberikan dukungan penuh) atau pemerintah pusat, tetapi juga kolaborasi apik antara petani, distributor, dan pemerintah daerah.
Ditindaklanjuti dengan Perjanjian Kerja Sama antara Dinas Pertanian kedua kabupaten, terobosan ini menjadi babak baru. Ia menegaskan: Inflasi tidak bisa dilawan sendirian. Harus ada uluran tangan, sinergi, dan sebuah janji persaudaraan yang dirajut di ruang rapat, namun dampaknya terasa langsung di setiap dapur rumah tangga. (dou)



Tinggalkan Balasan