AMURANG, SorotanNews.com—Di antara sorak bahagia janji pengabdian, terselip sebuah kisah yang diam-diam mengiris hati. Saat 2024 menutup tirai, nama Josua Sengkey dan sang istri, Putri Elias, tiba-tiba menjadi resonansi pilu di jagat media sosial. Bukan karena prestasi gemilang, melainkan karena sebuah postingan viral yang menyentuh, yang ironisnya, muncul bertepatan dengan momen sakral pelantikan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) di Pemkab Minahasa Selatan, Senin (01/12) kemarin.
Publik terbelah, simpati mengalir deras pada narasi yang beredar, seolah Josua adalah tokoh antagonis dalam drama rumah tangga yang kandas. Namun, di tengah hiruk-pikuk tudingan tak berujung, Josua akhirnya angkat bicara, memecah keheningan dengan sebuah klarifikasi yang menuntut keadilan emosional.
“Narasi yang beredar tidak sepenuhnya menggambarkan kondisi yang sebenarnya,” ujar Josua dengan nada yang sarat beban, berusaha meluruskan benang kusut yang telah menjadi konsumsi publik.
Pernikahan yang dibangun pada Juni 2020, yang seharusnya menjadi bahtera abadi, perlahan oleng pada tahun 2023.
Bukan badai dari luar, melainkan bisikan curiga yang mulai merusak fondasi.
Josua menyebut, ia mulai menduga adanya kedekatan intens Putri dengan seorang pria lain—sebuah pemicu yang menurutnya adalah titik awal terganggunya keharmonisan mereka.
Sebuah kecurigaan yang berawal dari bisik-bisik internal, kini telah meledak menjadi polemik publik, mencoreng kehormatan dan mengikis reputasi di momen penting karirnya.
Namun, badai yang paling menyakitkan adalah tuduhan adanya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang ikut terseret seiring postingan viral tersebut.
Josua membantah keras, seolah menarik garis batas antara fakta dan fitnah.
“Tidak benar saya melakukan KDRT. Tuduhan itu tidak sesuai fakta dan sangat merugikan saya,” tegasnya, suaranya mengandung upaya membela diri dari stigma sosial yang terlanjur melekat.
Kisah mereka mencapai puncaknya pada Oktober 2024, ketika Josua dan Putri memutuskan untuk tidak lagi berbagi atap.
Sebuah jarak fisik yang mengkonfirmasi keretakan emosional yang telah lama terjadi.
Ironi tak terhindarkan: rumah tangga yang diikat janji suci, kini terpisah oleh jarak dan kehadiran orang ketiga.
Bahkan, pada November 2024, dikabarkan sang istri telah pindah dan tinggal serumah dengan pria lain yang juga masih berstatus terikat perkawinan di desa Pakuure Dua, Kecamatan Tenga.
Kini, drama pribadi mereka telah beralih ke ranah hukum. Baik Josua maupun Putri Elias telah mengambil langkah resmi dengan mengajukan gugatan cerai secara terpisah di Pengadilan Amurang.
Jalan di ruang sidang menjadi saksi bisu, tempat dua insan yang pernah berjanji sehidup semati kini mencari pemisah resmi.
Keluarga Josua berharap, proses hukum yang kini telah memasuki sidang ketiga dapat berjalan objektif. Mereka mendambakan sebuah kejelasan yang adil—bukan sekadar pembuktian hukum, tetapi pemulihan martabat dari pusaran rumor yang menyesakkan.
Sayangnya, hingga berita ini diturunkan, pihak Putri Elias dan keluarganya masih belum berhasil dihubungi. Klarifikasi Josua menjadi satu-satunya suara yang terdengar di tengah kebisingan tuduhan.
Kisah ini adalah pengingat pedih: di balik seragam baru dan janji kerja, ada hati yang patah, dan ada kenyataan bahwa tak semua yang viral adalah kebenaran tunggal.
Josua Sengkey kini berdiri, bukan hanya sebagai ASN yang baru dilantik, tetapi sebagai seorang pria yang berjuang membersihkan namanya dari sisa-sisa air mata dan janji yang terbelah. (*)



Tinggalkan Balasan