MINAHASA SELATAN – Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel) menegaskan kembali bahwa keamanan anak berawal dari rumah, menempatkan peran orang tua dan kekompakan keluarga sebagai benteng utama pencegahan kekerasan. Hal ini menjadi sorotan utama yang diungkapkan oleh Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (BP3AD) Pemkab Minsel, dr. Erwin Schouten.
Dalam berbagai kesempatan, Schouten secara konsisten mengingatkan publik bahwa akar kekerasan seringkali bermula dari lingkungan terdekat, yaitu keluarga.
Pencegahan Kekerasan Dimulai dari Rumah
Menurut dr. Schouten, tugas bersama yang paling krusial adalah mengidentifikasi dan mencegah potensi kekerasan di dalam keluarga itu sendiri.
“Kekerasan itu harus kita cegah dari rumah, dengan kekompakan antara ibu, ayah, dan anak-anak. Mereka harus saling mendengarkan, tidak bisa saling bantah-bantahan. Kekompakan keluarga adalah fondasi penting untuk membentuk lingkungan yang aman,” pesan Schouten.
Pencegahan dini ini menuntut orang tua untuk menjadi agen utama yang memastikan relasi di rumah berjalan harmonis dan kondusif.
Maraknya Kekerasan Pelajar: Sekolah Wajib Responsif
Selain fokus pada keluarga, BP3AD Minsel juga menyoroti peningkatan kasus kekerasan di kalangan pelajar. Schouten menegaskan bahwa tindak kekerasan di sekolah adalah hal yang mutlak harus dihentikan dan meminta siswa untuk tidak ragu melapor.
“Kekerasan di antara anak sekolah ini, seharusnya tidak boleh terjadi. Saya berpesan kepada anak-anak semua, jika mengalami atau menyaksikan tindak kekerasan, silahkan langsung dilaporkan dan kasusnya diselesaikan sesegera mungkin,” tegasnya.
Sebagai langkah nyata dan antisipatif, Pemerintah Kabupaten Minsel telah memperkuat komitmen ini dengan membentuk Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Sekolah (Satgas PPKS).
Kontribusi Kebiasaan Positif
Schouten menambahkan bahwa upaya menjaga keamanan lingkungan anak tidak hanya bergantung pada regulasi besar, tetapi juga dari perubahan kebiasaan kecil sehari-hari.
“Kebiasaan-kebiasaan kecil yang menjaga relasi dan situasi tetap kondusif, seperti tidak saling mengejek, membuly, atau melakukan hal-hal negatif lainnya, itu akan sangat berkontribusi terhadap harmonisnya hubungan dan menghindari konflik,” tutupnya, menekankan pentingnya peran kolektif dari seluruh elemen masyarakat. (*)



Tinggalkan Balasan