AMURANG, SorotanNews.com — Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Pemkab Minsel dr Erwin Schouten mengatakan pentingnya pengetahuan masyarakat terhadap dampak  negatif dari pernikahan dini. Birokrat muda yang familiar dengan awak media itu, mengingatkan masyarakat untuk menghindari pernikahan dini. Apalagi menurutnya Pernikahan dini menjadi sering kali menjadi pemicu gangguan kesehatan.

Lebih jauh ia menjelaskan perkawinan anak atau usia dini memberikan dampak negatif tidak hanya pada kesehatan fisik ibu yang masih remaja tapi juga kesehatan mental seperti baby blues, depresi, ansietas, sulit bonding dengan bayinya, hingga berpikir bunuh diri atau menyakiti bayinya.

Selain itu  dampak jangka panjang kesehatan bayi yang dilahirkan, seperti berat lahir rendah, prematuritas, malnutrisi, stunting, gangguan perkembangan, pencapaian akademis rendah, serta berisiko mengalami kekerasan dan penelantaran.

“Masalah perkawinan anak bukanlah masalah di satu fase kehidupan tapi dapat berlanjut pada generasi selanjutnya. Hal ini tentunya menjadi tanggung jawab bersama untuk mencegahnya. Diperlukan kerjasama multisektor dan bila perkawinan anak terjadi, maka perlu intervensi dini yang komprehensif pada remaja hamil,” katanya.

Ia menjelaskan, banyak faktor yang mendasari terjadinya perkawinan anak antara lain, sudah telanjur hamil. Selain itu juga karena ada kekhawatiran orang tua karena melihat anaknya sudah berpacaran, sehingga segera dinikahkan.

“Seluruh elemen masyarakat harus terlibat untuk mencegah terjadinya perkawinan anak. Mulai dari keluarga, masyarakat ,dan pemerintah,” katanya.

Erwin berharap masyarakat ikut aktif melakukan pencegahan terhadap pernikahan dini.

“Peran orang tua dalam pengasuhan anak dengan menerapkan nilai agama, nilai moral kedisiplinan dan keseimbangan pengasuhan orang tua antara ayah dan ibu, melakukan pendekatan kepada korban dan orang tua korban melalui instansi terkait,” katanya.

Selain itu, kata Erwin diperlukan memberi pelajaran kepada anak agar dapat menyaring informasi negatif dari gadget dan memperkenalkan sex education kepada anak untuk mencegah masalah yang berkaitan.

“Parenting education kepada orang tua penting sebagai pembentukan dan pendidikan anak. Karena sebagai anak harus mentaati perkataan orang tua, bijak dalam memilih teman dan berusaha berorganisasi dilingkungan sekitar,” tutupnya. (*)