Amurang, Sorotan News.com– DEBUR ombak di Pesisir Lopana, Amurang Timur, sebentar lagi akan beradu dengan struktur beton yang kokoh, bukan lagi menghantam daratan yang rentan. Proyek ambisius pengamanan pantai Bolevard dua di Desa Lopana, Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel), Sulawesi Utara (Sulut), kini memasuki babak akhir. Ditargetkan tuntas pada Desember 2025, proyek yang digarap oleh PT Karya Murni Anugerah ini tidak sekadar membangun dinding penahan, tetapi juga menancapkan harapan baru bagi masyarakat pesisir.

Kini, presentasi kemajuan fisik sudah melampaui angka 80 persen di bulan November, menunjukkan bahwa tim di lapangan bekerja keras mengejar tenggat waktu.

“Desember ini sudah selesai pekerjaan karena terus dipacu. Kami harus tuntas sesuai jadwal,” ujar Alain, Koordinator Tim Teknis Pantai Amurang Paket 1,beberapa waktu kemarin. Hal ini juga dibenarkan oleh Yefta Weken, penanggung jawab lapangan dari pihak kontraktor, yang menjamin pengerjaan dilakukan sesuai kaidah teknis dan standar keselamatan.

Proyek ini diprakarsai oleh Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi I, dan didorong oleh satu tujuan utama: stabilitas.

“Tujuan utama proyek ini adalah melindungi pantai dari kerusakan akibat abrasi dan erosi. Kami ingin menjaga garis pantai agar tetap stabil,” terang Alain.

Namun, manfaatnya jauh melampaui isu geologis. Pengamanan ini adalah sebuah perisai bagi kehidupan. Ia dirancang untuk melindungi fasilitas umum, permukiman penduduk, dan aset bangunan yang selama ini berdiri di bawah ancaman pasang surut. Selain itu, pengerjaan yang melibatkan pengawasan ketat dan penerapan standar K3—mulai dari penyediaan Alat Pelindung Diri (APD), pelatihan, hingga prosedur keselamatan kerja yang jelas—menegaskan komitmen proyek terhadap kualitas dan keamanan.

Jeti Ikonik di Jantung Kampung Nelayan

Yang paling menarik dari rancangan pengamanan pantai paket satu ini adalah sentuhan arsitekturnya yang ikonik.

Pengamanan sepanjang 600 meter ini tidak hanya berbentuk talud biasa. Proyek ini dilengkapi dengan sebuah Jeti yang secara spesifik dirancang sebagai tempat berlabuhnya perahu-perahu nelayan setempat.

Desain ini seolah menyambut baik visi besar Pemerintah Kabupaten Minsel yang tengah mengusulkan Lopana Satu sebagai Kampung Nelayan Modern kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jeti tersebut akan menjadi pusat aktivitas ekonomi masyarakat, memastikan perahu-perahu nelayan mendapatkan dermaga yang aman dan layak.

Ketika paket satu ini tersambung dengan paket dua, area pesisir ini akan berubah total. “Nantinya ini seperti pedestrian tempat masyarakat berolahraga,” tambah Alain, menggambarkan bagaimana proyek ini juga akan menyajikan ruang publik baru yang indah dan fungsional.

Kepala BWS Sulawesi I juga disebut terus memantau progres, menekankan agar proyek ini benar-benar selesai tepat waktu di bulan Desember, menggarisbawahi urgensi dan pentingnya proyek ini bagi daerah Minsel. Dengan tuntasnya proyek ini, Pantai Lopana akan menjadi contoh bagaimana infrastruktur modern dapat berfungsi ganda: sebagai benteng alam dan sekaligus katalisator pengembangan ekonomi dan sosial masyarakat pesisir. (dou)