AMURANG, SorotanNews.com — KUSTA sebagai salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas hingga masalah sosial, ekonomi, dan budaya karena Kusta sampai saat ini masih merupakan stigma di masyarakat, keluarga, termasuk sebagian petugas kesehatan. Hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan atau pengertian, kepercayaan yang keliru terhadap kusta dan kecacatan yang ditimbulkannya.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Selatan dr Wiwin Opod menjelaskan kusta adalah penyakit menular kronis yang sudah ada sejak lama, yang disebabkan oleh sejenis bakteri yang disebut Mycobacterium leprae. Penyakit ini menyerang kulit, saraf tepi, mukosa saluran pernapasan bagian atas, dan mata. Kusta dapat disembuhkan dan pengobatan pada tahap awal dan dapat mencegah kecacatan. Sehingga pentingnya edukasi ke masyarakat.


Opod mengatakan sejauh ini angka penderita kusta di Indonesia telah menurun dari 5,2 per 10.000 penduduk pada tahun 1981 menjadi 0,9 per 10.000 penduduk pada tahun 2000. Namun sejak tahun 2001 sampai sekarang, situasi epidemiologi kusta di Indonesia statis dengan angka penemuan penderita kusta baru berada pada kisaran 17.000-20.000 penderita kusta baru per tahunnya dan terjadi peningkatan tren penderita kusta dengan kecacatan tingkat 2, dengan proporsi di atas 10%.

Bila tidak segera ditangani, penyakit ini bersifat sangat progresif dan dapat menyebabkan kecacatan. Cara penularan penyakit kusta sendiri bisa melalui kontak langsung antar kulit penderita dan secara inhalasi atau menghirup udara yang terdapat droplet (partikel air) penderita saat berbicara.

Gejala kusta terutama mempengaruhi kulit, saraf, dan selaput lendir (area yang lembut dan lembab tepat di dalam bukaan tubuh). Penyakit ini dapat menyebabkan gejala kulit seperti bercak kulit yang berubah warna, biasanya rata, yang mungkin mati rasa dan terlihat pudar (lebih terang dari kulit sekitar) mati rasa pada area kulit yang terkena. Gejala tersebut apabila tidak diobati akan menyebabkan kecacatan seperti:

  1. Kelumpuhan dan kelumpuhan tangan dan kaki
  2. Pemendekan jari kaki dan jari
  3. Ulkus kronis yang tidak sembuh-sembuh di bagian bawah kaki
  4. Kebutaan
  5. Kehilangan alis
  6. Cacat hidung
  7. Nyeri pada saraf
  8. Kemerahan dan rasa sakit di sekitar area yang terkena
  9. Sensasi kulit terbakar.

Berdasarkan pedoman Penanggulangan Kusta oleh Kementerian Kesehatan RI, upaya pencegahan cacat kusta dapat dilakukan dengan beberapa aspek seperti:

  1. Penemuan dini penderita kusta sebelum terjadinya kecacatan yang dilakukan dengan cara active case finding (penemuan penderita kusta secara aktif).
  2. Pengobatan penderita kusta dengan MDT sampai dinyatakan selesai tahap pengobatan. Dengan memberikan MDT sesuai regimen WHO maka dapat menghindari risiko penularan dan mengurangi resiko kecacatan.
  3. Deteksi dini adanya reaksi kusta dengan rutin melalukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan untuk dilakukan pemeriksaan fungsi saraf.

Pengobatan MDT dapat membunuh bakteri Kusta, tetapi cacat pada mata, tangan atau kaki yang terlanjur terjadi akan tetap ada seumur hidupnya, sehingga diperlukan perawatan diri secara kontinu agar kecacatan tidak bertambah berat. Perawatan diri pada mata, tangan dan kaki dilakukan oleh penderita kusta seumur hidup dengan prinsip 3 M yaitu Memeriksa, Merawat, dan Melindungi.

Penderita Kusta yang telah dinyatakan selesai pengobatan harus tetap dilakukan pemantauan oleh petugas kesehatan untuk menghindari reaksi kusta yang dapat menyebabkan kecacatan.

Tam pandang bulu, penyakit kusta ini dapat menyerang seluruh usia dan jenis kelamin. Selain itu, faktor sosio-ekonomi yang rendah ikut memengaruhi terjadinya penyakit kusta. Gejala kusta sendiri bisa bervariasi, bergantung pada tipe derajat keparahannya.

Wiwin menjelaskan secara umum, tanda dan gejala penyakit kusta antara lain adanya bercak putih seperti panu pada tubuh, alis rambut rontok, muncul benjol di wajah, hingga terjadi gangguan persarafan.

Kondisi yang mungkin terjadi adalah mati rasa pada area kulit yang disentuh dan kelenjar keringat tidak aktif memproduksi keringat, sehingga kulit tampak kering, kaku dan tebal.

Mencegah Penularan Kusta
Hingga kini belum ada vaksinasi yang berguna untuk mencegah penyakit kusta. Pengobatan merupakan salah satu cara untuk memutus rantai penularan kusta. Dengan pengobatan yang tepat maka penularan dapat dicegah.

Selain itu, memiliki daya tahan tubuh yang baik juga membantu Anda terhindar dari infeksi kuman penyebab lepra. Sebanyak 95 persen orang dengan daya tahan tubuh yang kuat dapat kebal terhadap kusta, sedangkan sisanya mudah tertular.

Penyakit kusta mudah sekali menular terutama bagi orang yang tinggal dan berinteraksi secara langsung dengan penderita yang tidak diobati dengan baik dalam jangka waktu lama. Selain itu, tinggal dalam daerah yang endemik dengan penyakit kusta juga mempermudah seseorang terinfeksi kuman lepra.


Karena begitu bahayanya penyakit ini, sudah sepatutnya Anda lebih berhati-hati dengan melakukan upaya pencegahan. Beberapa hal yang bisa Anda lakukan agar terhindar dari penyakit ini antara lain:

  1. Menjaga daya tahan tubuh
    Menjaga daya tahan tubuh adalah langkah awal yang harus Anda lakukan. Mulai dari mengatur pola makan dan memperhatikan jenis makanan yang dikonsumsi, menjaga tubuh agar dapat beristirahat cukup, dan rutin melakukan olahraga 3-4 kali dalam seminggu. Agar lebih optimal, Anda juga bisa mengonsumsi suplemen vitamin untuk mendukung kesehatan Anda.
  2. Perhatikan ventilasi lingkungan sekitar
    Kuman lepra bertahan hidup di luar tubuh manusia selama 24-48 jam atau bisa lebih, tergantung pada suhu di sekitarnya. Karena semakin panas udara di luar, semakin cepat kuman lepra akan mati.

Perhatikan ventilasi di rumah atau tempat kerja Anda. Pastikan sinar matahari bisa masuk ke dalam rumah, terutama ke daerah yang lembap.

  1. Hindari berpergian ke daerah endemik kusta
    Apabila Anda berencana melakukan perjalanan, perhatikan keadaan daerah yang Anda kunjungi. Beberapa negara berikut ini di laporkan memiliki 1.000 kasus baru penyakit kusta oleh WHO pada tahun 2011-2015:

Afrika: Congo, Ethiopia, Madagascar, Nigeria, Mozambique, dan Tanzania
Asia : Bangladesh, India, Myanmar, Nepal, Filipina, Indonesia
Amerika : Brazil

  1. Jika ada keluarga yang mengalami kusta, ingatkan untuk mengonsumsi obat hingga sembuh
    Mengonsumsi obat dan kontrol ke dokter atau fasilitas kesehatan secara rutin dapat memutus rantai penularan kusta. Pengobatan yang rutin ini bisa mencegah terjadinya kecacatan yang permanen pada penderita kusta.
  2. Pakai masker dan jaga kebersihan
    Menggunakan masker apabila kontak dengan penderita dapat membantu Anda untuk mencegah penularan kuman lepra. Selain itu, jangan lupa untuk menjaga kebersihan seperti cuci tangan setelah melakukan kontak dengan penderita penyakit kusta.

Demikan 5 tips mencegah tertular penyakit kusta yang bisa Anda lakukan. Apabila Anda menemukan ada salah satu anggota keluarga atau teman yang mengeluhkan adanya tanda awal kusta, segera laporkan kepada dokter agar dapat ditangani dengan baik. (*)