AMURANG, SorotanNews.com — TUNTAS sudah proses pembangunan Hunian Sementara (Huntara) korban bencana Amurang. Itu ditandai dengan peresmian yang diawali dengan ibadah syukur, Sabtu (23/07) pagi tadi.

Penyelesaian Huntara tergolong cepat dan relatif singkat. Apalagi hanya dalam tempo satu bulan hunian sementara yang diperuntukkan bagi korban terdampak itu bisa ditempati.

Langkah cepat Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan, dibawah kepemimpinan duo top eksekutif Bupati Franky Wongkar dan Wakil Bupati Petra Rembang pantas diapresiasi.

Bupati Minsel Franky Wongkar dalam sambutan menyebutkan Huntara yang siap ditempati itu berjumlah 112 bilik yang terdiri dari 5 blok. Bagi keluarga yang diatas 5 jiwa, kata Wongkar akan diberikan dua bilik, sementara yang dibawa itu menempati satu bilik.

“Tentu kami berharap ibu bapak yang akan menempati hunian sementara untuk saling mengasihi, saling bantu membantu, saling tolong menolong,” harap Bupati.

Kepala daerah yang selalu tampil kompak bersama wakil kepala daerah, Sekda dan jajaran Forkompinda itu, menegaskan sebagai korban bencana warga Amurang, tentu pemerintah daerah memiliki tanggungjawab untuk melindungi mengurus dan mengatur. Itu semua semata-mata dilakukan supaya hidup nyaman dan hidup tenang.

Bupati dalam kesempatan itu juga menyentil berbagai dinamika yang dihadapi pemerintah daerah dalam penanganan bencana. FDW mengaku selalu saja ada cerita negatif, meskipun telah melakukan yang terbaik.

Itu sebab Wongkar berharap taburan firman Tuhan yang baru saja disampaikan dalam ibadaj syukur peresmian Huntara boleh dijadikan sebagai refleksi dan pedoman, untuk selalu hidup bersama dalam kebersamaan.

“Torang tahu samua, kita juga orang Amurang. Kita tahu itu mulu karlobe-karlobe itu selalu ada. Karlobe-karlobe itu boleh muncul tapi untuk kebaikan dan untuk kebersamaan bukan untuk pake diri sendiri,” ungkap Bupati.

Wongkar mengaku sering digoreng-goreng dengan isu-isu negatif, tetapi pihaknya tetap tegar. Sebab bagi kepala daerah yang matang dan tenang itu, lebih baik menjawab tantangan dengan kerja nyata ketimbang harus berpolemik.

“Walupun kami digoreng-goreng. Oleh orang-orang tertentu terhadap pelaksanaan penanganan pasca bencana. Tapi kami tetap selalu tegar karena kami melakukan ini dengan penuh ketulusan hati. Dengan keihklasan dan penuh tanggung jawab terhadap masyarakat terdampak korban bencana alam,” aku Bupati.

Suami tercinta Legislator DPRD Minsel Elsje Rosje Sumual itu, menerangkan dalam pembangunan Huntara, pemerintah daerah dan forkompinda bekerja keras dengan tulus ikhlas tanpa memikirkan berbagai resiko.

Apalagi diperhadapkan dengan keterbatasan anggaran yang ada.

“Pemerintah provinsi bantu Rp1 miliar, torang pe BTT tinggal Rp 700 juta. Padahal anggaran semua ini berjumlah Rp3,5 miliar,” rinci Bupati.

Melihat kemampuan anggaran yang terbatas, Bupati mengatakan pihaknya melakukan kesepakatan bersama pembangunan Huntara dilakukan kerja secara swadaya.

“Kerja bakti secara mapalus. Jadi kami melibatkan semua ASN yang ada di lingkungan Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan. Mereka kerja 7-8 jam bahkan ada yang sampe 24 jam. Di bawa koordinasi dari ibu sekda dan juga kami dibantu oleh semua masyarakat yang ada di kabupaten Minahasa Selatan lewat para camat dan hukumtua mereka juga bekerja keras dengan tokoh-tokoh agama dan masyarakat. Juga dari pihak TNI-POLRI membantu kami dalam pelaksanaan pembangunan hunian sementara,” cerita Bupati.

Kata FDW hunian sementara ini ada 112 bilik. Bagi keluarga yang diatas 5 jiwa pemerintah akan memberikan dua bilik. Yang dibawa itu menempati satu bilik.

Diketahui turut hadir dalam acara peresmian itu, Kepala BPBD Propinsi Sulawesi Utara selaku perwakilan Gubernur Sulut Olly Dondokambey, Wakil Bupati Petra Rembang, Sekda Glady Kawatu, Ketua TP-PKK Else Rosje Sumual, Kapolres Minsel AKBP Bambang Herlyanto, Perwakilan Dandim Minahasa, Kasie Datun Kejari Amurang dan seluruh jajaran pejabat teras di lingkungan Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan. (dou)